TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Usaha {5}



Sebuah Usaha {5}

0"Sepertinya aku telah menggangumu di pagi hari yang cerah ini, Mantan Perdana Menteri Jian,"     
0

Ucapan sosok itu langsung terhenti, saat dia melihat sosok yang sedang duduk bersama dengan Jian Chul. Sosok yang tampak sangat cantik dengan rambut hitam panjangnya, sosok yang sangat cantik dengan pakaian serba putihnya. Untuk sejenak dia terdiam sejenak, senyum itu mulai terukir di bibirnya.     

Pun dengan Liu Anqier, matanya tampak berkaca-kaca melihat sosok yang ada di depannya. Dia kemudian tergugu dengan itu semua. Sebuah kebetulan yang sangat nyaris tidak masuk akal menurut Liu Anqier.     

"Emo Shao Ye? Anda ada di sini?!" Jian Chul. Dia langsung berdiri, kemudian memberikan hormatnya kepada Chen Liao Xuan. Sementara itu, Jian Chul melirik Liu Anqier yang masih berdiri membisu, dia langsung menarik tangan Liu Anqier untuk ikut memberikan hormat kepada Chen Liao Xuan tersebut.     

Dan betapa senang Chen Liao Xuan melihat semua ini, melihat Liu Anqier tertunduk di depannya dan hal itu adalah yang sangat menyenangkan baginya. Bahkan sampai apa pun itu adalah hal yang membuatnya begitu bahagia.     

"Berdirilah Mantan Perdana Menteri Jian. Aku tidak butuh hormatmu, sebab aku kesini bukan bertujuan agar bisa kau hormati. Aku sedang ingin melihat juga ingin sedikit berdisuksi denganmu kalau bisa,"     

Jian Chul pun berdiri bersamaan dengan Liu Anqier, untuk kemudian Chen Liao Xuan duduk. Dan sampai detik ini dia tak menyapa Liu Anqier sama sekali, pun dengan Liu Anqier. keduanya hanya saling senyum satu sama lain.     

Sementara itu, Jiang Kang Hua yang baru saja masuk pun agaknya memekik melihat Liu Anqier ada di sana.     

"Nona Liu, kenapa kau ada di sini?" tanyanya dengan mimik wajah bingungnya. Liu Anqier pun langsung memandang Jiang Kang Hua. Kemudian dia tersenyum lebar.     

Jian Chul yang mengetahui itu pun agaknya kaget, dia sama sekali tak menyangka jika Jiang Kang Hua akan mengenali Liu Anqier.     

"Panglima Jiang, kau mengenal Nona kecil ini?" tanya Jian Chul.     

Jiang Kang Hua tampak memandang rajanya yang tampak sok tenang, dan itu berhasil membuatnya bingung sendiri. Bagaimana tidak, dia seolah menjadi sosok yang sok tahu sendiri di sini, sebuah hal yang melewati batasannya atau dia telah membuka sesuatu? Jiang Kang Hua benar-benar bingung dengan hal itu.     

"Oh itu—"     

"Nona Liu, adalah kenalan kami Mantan Perdana Mentri Jian," jawab Chen Liao Xuan. Agaknya dia cukup sungkan jika mengatakan jika Liu Anqier adalah kekasihnya. Dia sedikit malu dengan hal itu. pun dengan menyebut kalau Liu Anqier adalah salah satu Dayang di istana, itu akan merendahkannya sama sekali.     

"Ah, jadi… Nona kecil ini?"     

"Iya,"     

Jian Chul langsung memukul kepala Liu Anqier, membuat Liu Anqier mendengus juga. dia tak tahu kalau dia akan mendapatkan pukulan itu. tapi, Liu Anqier tidak protes sama sekali. entah kenapa dia merasa kalau sikap dari Jian Chul begitu mirip dengan ayahnya. Ya, Liu Anqier seolah melihat figure ayahnya di dalam diri Jian Chul.     

"Dasar gadis tengik, kenapa kau tak mengatakan kepadaku kalau kau kenal dengan Emo Shao Ye dan Panglima Jiang? Kau benar-benar telah mempermalukanku sekali!" marah Jian Chul.     

"Tuan, kau sendiri tidak bertanya kepadaku apakah aku mengenal mereka, jadi aku diam saja. Lantas kenapa kau malah memarahiku karena itu," gerutu Liu Anqier.     

Melihat hal itu Chen Liao Xuan agaknya tersenyum, seorang Perdana Menteri Jian adalah sosok yang benar-benar luar biasa. Dulu dia dikenal dengan sosok yang tegas dan susah didekati, melihatnya bisa sedekat itu dengan Liu Anqier merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan sekali.     

"Seharusnya kau bilang kalau kau kenal dengan Emo Shao Ye, dan Panglima Jiang,"     

"Untuk apa? Pasti kau akan mengatakan jika aku pembual,"     

"Dasar gadis tengik,"     

"Dasar Tuan tua,"     

Jian Chul melotot, kemudian dia menaruh kepala Liu Anqier di ketiaknya, dan itu berhasil membuat Liu Anqier menjeris hesteris.     

"Tuan! Kau sangat bau! Kau mau membunuhku ya!" teriak Liu Anqier.     

Jiang Kang Hua langsung terbahak dengan kejadian itu, yang berhasil membuat Liu Anqier dan Jian Chul saling pandang kemudian keduanya saling menjauh satu sama lain.     

"Kalian sudah seperti Ayah dan anak, dan itu benar-benar lucu," celetuk Jiang Kang Hua.     

Jian Chul langsung duduk di depan Chen Liao Xuan kemudian dia berdehem, mengabaikan ucapan dari Jiang Kang Hua sebelumnya.     

"Ada apa Yang Mulia Raja mencari hamba sampai sejauh ini?" tanya Jian Chul pada akhirnya.     

Chen Liao Xuan tampak tersenyum tipis, sebab sebenarnya dia juga merasa sangat segan. Bagaimana tidak, dia ingin mengatakan hal yang mungkin tidak akan disukai oleh Jian Chul. Sebuah hubungan baru untuk kepentingan istana. Terlebih dahulu, dia yang menyetujui pengasingan Jian Chul bersama dengan keluarganya di sini. Untung saja, waktu keputusan pemenggalan dan penghancuran tubuh dari keluarga Jian Chul tidak disetujui oleh Chen Liao Xuan sama sekali.     

"Sebenarnya aku ingin meminta bantuan kepadamu, Mantan Perdana Menteri Jian. Banyak hal yang telah terjadi dan aku tidak tahu harus mengatakannya kepada siapa, aku rasa kau adalah satu-satunya sosok yang bisa membantuku untuk menjadikan istana kembali lebih aman dan menjadi baik lagi. Tidak ada sama sekali yang bisa menolongku selain Mantan Perdana Menteri Jian bersama dengan mantan Kasim yang telah diasingkan di sini. Sebab aku tahu, sejatinya kalian tidak salah. Apa yang kalian alami ini sampai berada di titik ini adalah sebuah propaganda dari petinggi-petinggi yang hanya menginginkan sebuah kedudukan, dan ya… aku terlibat di dalamnya, dan sebelum kau mengambil keputusan apa pun, aku ingin meminta maaf kepadamu, Mantan Perdana Menteri Jian,"     

Mendengar hal itu, Jian Chul tampak tersenyum kecut, dia memandang Chen Liao Xuan sambil menghela napas panjang. Sebuah hal yang tak bisa untuk dihindari sama sekali, dan sebuah hal yang dia sendiri bingung harus mengatakan seperti apa. Yang jelas, satu hal yang begitu dia inginkan adalah sebuah keadilan, dari peradilan yang selama ini tidak dia dapatkan.     

"Maafkan hamba Yang Mulia, mengenai masalah ini adalah hal yang sangat membuat dilema sama sekali. hamba telah merasakan bagaimana rasanya dikhianati oleh sangat mengerikan dari kerajaan. Untuk kemudian, hamba bersama dengan keluarga didepak dari istana karena semua petinggi di istana tidak menginginkan hamba. Jika hamba masih ada di sana, mereka takut hamba akan menentang setiap keputusan yang telah mereka ambil untuk Yang Mulia Raja. Menjadikan Yang Mulia Raja boneka atas semua keputusan dan keinginan yang Yang Mulia putuskan kepada hamba. Hamba tahu itu, jika apa yang telah Yang Mulia putuskan bukanlah hal murni,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.